M
A K A L AH
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
Di
susun oleh :
AHMAD
ZAINI ABDAN ( 10. 20. 1453 )
STIKES
(SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. Keselamatan dan kesejahteraan atas semulia-mulia Nabi dan Rasul
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Keluarga, kerabat, sahabat dan pengikut
beliau sampai akhir zaman.
Berkat
Taufiq, Hidayah, dan Inayah Allah, akhirnya penyusunan makalah yang berjudul :
“ TEORI DAN GAYA KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP ) ” ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penyusunan
makalah ini adalah merupakan sebagian dari tugas yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES ) Cahaya Bangsa Banjarmasin
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan keritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal’ Alamin.
Kelompok, 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I
PENDAHULUAN 4
BAB II
PEMBAHASAN 5
A.
TEORI KEPEMPINAN
1.
studi universitas Michigan 5
B.
GAYA KEPEMIMPINAN
1.
teori kontingensi 10
1.1
teori fielder 10
1.2
teori Path goal 12
1.3
teori Vroom dan Yetton 14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 16
DAFTAR
PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berikut ini beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi kepemimpinan
1. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto,
1998 : 17)
Kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan.
3. Locke & Associates (1997)
Kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain untuk mengambil langkah
menuju sasaran bersama.
B. TUJUAN
Tujuan
disusun makalah ini agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang teori-teori kepemimpinan (
leadership).
C. RUMUSAN MASALAH
1. TEORI KEPEMIMPINAN
2. GAYA KEPEMIMPINAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KEPEMIMPINAN
1. Studi Unieversitas Michigan
Setiap manusia pada hakekatnya adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, manusia
sebagai pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri dan mempunyai kelebihan
dibandingkan yang lainnya. Begitu pula setiap organisasi harus memiliki
pemimpin, tanpa pemimpin akan kacau karena harus ada orang yang memerintah dan
mengarahkan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisin.
Secara umum definisi kepemimpinan
dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok
agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu (Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI,2009,125). Menurut Sindang P.Siagian (2003) kepemimpinan merupakan motor
atau daya penggerak dari semua sumber-sumber bagi suatu organisasi. Pembahasan
tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi
kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Tugas kepemimpinan, meliputi dua
bidang utama, pekerjaan yang harus diselesaikan dan kekompakan orang yang
dipimpinannya. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan disebut task function.
Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat
diselesaikan dan kelompokm mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan
kekompakan kelompok dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama
menyelesaikan kerja itu lancar dan enak jalannya.
Kepemimpinan merupakan salah satu
topik terpenting didalam mempelajari dan mempraktekkan manajemen. Studi tentang
kepemimpinan ini sejak dulu telah banyak menarik perhatian para ahli. Sepanjang
sejarah dikenal adanya kepemimpinan yang berhasil dan tidak berhasil selain itu
kepemimpinan banyak mempengaruhi cara kerja dan prilaku banyak orang. Sebagian
sebabnya sudah ada yang diketahui, sebagian belum terungkap. Oleh karena itu
kepemimpinan banyak menarik perhatian para ahli untuk mempelajari. Di Amerika
Serikat terdapat banyak serangkaian penelitian tentang kepemimpinan mulai dari
yang klasik sampai yang modern. Pada makalah ini akan diuraikan kembali tentang
studi klasik dari kepemimpinan tersebut, dalam hal ini kami memfokuskan kajian
tentang studi kepemimpinan Universitas Michigan.
Selama kurun waktu tiga dekade,
dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin
telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Teori perilaku adalah teori kepemimpinan yang menjelaskan ciri-ciri perilaku
seorang pemimpin dan ciri-ciri perilaku seorang bukan pemimpin. Kebanyakan
studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan
kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang
berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat
bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya
menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana
perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati,
satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah
bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang
puas. (massofa.wordpress.com)
Ada berbagai aliran dan teori perilaku diantaranya: Ohio State University,
University of Michigan, The Managerial Grid. Namun dalam makalah ini kami akan
memfokuskan pembahasan tentang studi kepemimpinan University of Michigan. Studi
kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich,
mengidentitikasi dua bentuk perilaku pemimpin yaitu : Perilaku kepemimpinan
yang berorientasi pada pekerjaan/tugas (The Job Centered) dan bentuk Perilaku
kepemimpinan terpusat pada pegawai/bawahan (The Employee centered).
Menurut Robbins (2003) studi
kepemimpinan yang dilakukan oleh Pusat Riset dan Survei Universitas Michigan
pada waktu yang kira-kira bersamaan dengan yang dilakukan di Ohio, mempunyai
sasaran penelitian yang serupa: mencari karakteristik perilaku pemimpin yang
tampaknya dikaitkan dengan ukuran keefektifan kinerja. Kelompok Michigan juga
sampai pada dua dimensi perilaku kepimipinan yang mereka sebut beroriantasi
bawahan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi-bawahan
dideskripsikan sebagai menekankan hubungan antarpribadi; mereka berminat secara
pribadi pada kebutuhan bawahan mereka dan menerima perbedaan individual di
antara anggota-anggota. Sebaliknya pemimpin yang berorientasi-produksi,
cenderung menekankan aspek teknis atau tugas dari pekerjaan – perhatian utama
mereka aalah pada penyelesaian tugas kelompok mereka, dan anggota-anggota
kelompok adalah alat untuk tujuan akhir itu.
Pusat Riset Micihigan University
melakukan suatu penelitian. Penelitian ini mengidentifikasikan dua konsep yakni
orientasi produksi (production orientastion) dan orientasi bawahan (employee
orientation). Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat
memperhatikan bawahan, di mana mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting,
dan menerima karyawan sebagai pribadi. Sedangkan pemimpin yang berorientasi
pada produksi sangat memperhatikan hasil dan aspek-aspek kerja untuk kepentingan
organisasi, dengan tanpa menghiraukan apakah bawahan senang atau tidak. Kedua
ini hampir sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrtatis. (Wahjo Sumidjo,
Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1987:66.)
Dalam mengadakan penelitian pusat
riset survei universitas Michigan bekerjasama dengan riset angkatan laut yang
tujannya untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan
anggota kelompokyang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan
ini maka pada tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, new Jersey, pada
perusahaan asuransi Prudental. Pada penelitian Newark, New Jersey tersebut
pengukuran yang sistematis dibuat berdasarkan persepsi dan sikap para pekerja.
Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan pengukuran-pengukuran
pelaksanaan kerja.
Hasil menunjukkan bahwa
pengawas-pengawas pada seksi produksi tinggi lebih menyukai:
1. Menerima pengawasan dari pengawas-pengawas mereka yang
bersifat terbuka di banding yang terlalu ketat.
2. Menyukai sejumlah otoritas dan tanggungjawab yang ada pada
pekerjaan mereka
3. Menggunakan sebagian besar waktunya dalam pengawasan
4. Memberikan pengawasan terbuka kepada bawahannya dari pada
pengawasan yang ketat
5. Berorientasi pada pekerja dari pada berorientasi pada
produksi.
Menurut Fred Luthans pengawasan seksi
produksi rendah memiliki karakteristik dan teknik-teknik yang berlawananan.
Mereka dijumpai menyukai pengawasan-pengawasan yang ketat yang berorientasi
pada produksi. Penemuan lain yang penting tapi kadang-kadang di abaikan adalah
bahwa kepuasan karyawan tidak secara langsung berhubungan dengan produktivitas.
Pada umumnya orientasi pengawasan
karyawan seperti yang diuraikan di atas telah memberikan patokan untuk
pendekatan hubungan kemanusiaan seacra tradisional bagi kepemimpinan.
Hasil-hasil dari penemuan prudential diatas telah banyak dikutib untk
membuktikan teori-teori dalam hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian
banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya dibidang yang luas
pada pemerintahan, industri, rumah sakit dan organisasi lainnya. Sebagai bukti
pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari penelitian ilmu-ilmu sosial,
Universitas Michigan, mengeluarkan hasil penelitan tahunannya yang berjudul New
Pattern of Management, walaupun dalam penelitian tersebut banyak terdapat
variasi dan penyempurnaan dari hasil penemuan yang lalu namun dalam New Pattern
tersebut secara esensial masih banyak dijumpai kesamaan dengan penelitian
diperusahaan Prudential diatas (Miftah Toha, 2001,21)
Berdasarkan penelitian universitas
michigan tersebut ada dua macam tipe perilaku kepemimpinan yang telah kami
sebutkan diatas. Rensis leinkert memberikan uraian karaktesitik dari
masing-masing tipe kepemimpinan tersebut. Dalam tipe kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
2. Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat
terhadap bawahan.
3. Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus
dilaksanakan sesuai dengan keinginannya.
4. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas
daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Sedangkan tipe kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan
atau bawahan ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan
pengawasan kepada bawahan.
2. Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
3. Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan
kerja sama, saling menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan, maka para ahli
berusaha dapat menentukan mana di antara kedua gaya kepemimpinan itu yang
paling efektif untuk kepentingan organisasi atau perusahaan. Salah satu
pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan adalah ada empat
sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat system tersebut
terdiri dari:
1. Sistem 1, otoritatif dan eksploitif:
pemimpin membuat semua keputusan yang berhubungan dengan
kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin. Manajemen menggunakan rasa takut dan
ancaman; komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas;
atasan dan bawahan memiliki jarak yang jauh.
2. Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
pemimpin tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi
bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah
tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam
batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan
penghargaan;, informasi mengalir ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang
ingin didengar dan keputusan kebijakan sementara datang dari atas beberapa
keputusan yang ditetapkan dapat dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan
mengharapkan kepatuhan bawahan
3. Sistem 3, konsultatif:
pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan
perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan
tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman
hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman; keputusan besar
datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan dalam
pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara
komunikasi penting hati-hati.
4. Sistem 4, partisipatif:
adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara
bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal
yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan
pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak
hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba
memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen
kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja
yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala
arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses kelompok
dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan orang-orang yang
menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut menghubungkan pin; dan
bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas yang tinggi dan lebih
baik hubungan industrial.
B. GAYA KEPEMIMPINAN
1. Teori Kontingensi
1.1
Teori Fiedler.
Teori atau model kontingensi
(Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan
kepemimpinan yang tergantung pada situasi.
Model atau teori kontingensi Fiedler
melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin
yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu
kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan
pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang
spesifik.
Karena situasi dapat sangat
bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal
untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang
akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi
yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi
lainnya.
Penerimaan kenyataan dasar ini
melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler,
yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral teori
ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh
kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami
secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek
situasi dari kepemimpinan (organization context).
Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation Favorability.
1. Leader Orinetation :
apakah pemimipin pada suatu
organisasi berorinetasi pada relationship atau
beorintasi pada task. Leader Orientation diketahui
dari Skala semantic differential dari rekan
yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least
preffered coworker = LPC) .
LPC tinggi jika pemimpjn tidak
menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang
siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan
bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah
menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa
para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada
tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka
yang mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang
apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para
pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC
apabila kontrol situasinya moderat.
2. Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut
dapat mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi,
yaitu :
1. Leader-Member Orintation:
hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
2. Task Structure: tingkat struktur tugas
yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power: tingkat kekuasaan yang
diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP
besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah
dan PP sedikit.
1.2 Teori Path Goal.
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh
House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang
tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan
untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Bawahan sering berharap pemimpin
membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan
berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan
bernilai mereka.
Ide di atas memainkan peran penting
dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin
yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau menghilangkan berbagai
hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan
mengarahkan ke kinerja yang baik dan kinerja yang baik tersebut selanjutnya
akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada cara-cara pemimpin
memfasilitasi kinerja kerja dengan menunjukkan pada bawahan bagamana kinerja
diperoleh melalaui pencapaian rewards yang
diinginkan. Path Goal theory juga mengatakan
bahwa kepuasan kerja dan kinerja kerja tergantung pada expectancies bawahan.
Harapan-harapan bawahan bergantung pada ciri-ciri bawahan dan lingkungan yang
dihadapi oleh bawahan. Kepuasan dan kinerja kerja bawahan bergantung pada leadership behavior dan leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive Leadership:
Gaya kepemimpinan ini menunjukkan perhatian pada kebutuhan pribadi karyawannya.
Pemimpin jenis ini berusaha mengembangkan kepuasan hubungan interpersonal
diantara para karyawan dan berusaha menciptakan iklim kerja yang bersahabat di
dalam organisasi.
2. Directive Leadership:
Pemimpin yang memberikan bimbingan khusus pada Karyawannya dengan menetapkan
standar kinerja, mengkoordinasi kinerja kerja dan meminta karyawan untuk
mengikuti aturan aturan organisasi.
3. Achievement Oriented
Leadership: Pemimpin yang menetapkan tujuan yang menantang pada bawahannya
dan meminta bawahan untuk mencapai level performens yang tinggi.
4. Participative Leadership:
Pemimpin yang menerima saran-saran dan nasihat-nasihat bawahan dan menggunakan
informasi dari bawahan dalam pengambilan keputusan organisasi.
Hal yang menentukan keberhasilan dari setiap jenis
kepemimpinan tersebut adalah subordinate characteristics
(contohnya: Karyawan yang internal l locus of control atau external locus of control,
karyawan yang mempunyai need achievement yang tinggi atau need affiliation yang
tinggi, dll.) dan environmental factors
(system kewenangan dalam organisasi).
1.3 Teori Vroom dan Yetton.
Leader-Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973).
Model ini melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan
untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai
keadaan. Teori Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi
disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku
atasan, karakteristik bawahan dan faktor lingkungan. Salah satu tugas utama
dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan yang
dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak kepada para bawahan
mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah
kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan yang
bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan
dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka
yang tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil keputusan,
bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya. Dengan kata lain seberapa jauh
para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana
telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat
meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
Teori kepeminmpinan vroom &
yetton adalah jenis teori kontingensi yang menitikberatkan pada hal pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Dalam hal ini ada 5 jenis cirri
pengambilan keputusan dalam teori ini :
- A-I : pemimpin mengambil
sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada padanya saat itu.
- A-II : pemimpin memperoleh
informasi dari bawahannya dan mengambil keputusan berdasarkan informasi
yang didapat. jadi peran bahawan hanya memberikan informasi, bukan
memberikan alternatif.
- C-I : pemimpin
memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan secara pribadi,
lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua bawahannya
secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan mempertimbangkan/
tidak gagasan dari bawahannya.
- C-II : pemimpin mengumpulkan
semua bawahannya secara kelompok, lalu menanyakan gagasan mereka terhadap
masalah yang sedang ada, dan mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
- G-II : pemimpin memberitahukan
masalah kepada bawahanya secara berkelompok, lalu bersama – sama
merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil keputusan yang disetujui oleh
semua pihak.
contoh
kasusnya, dalam sebuah took kue, pemimpin took akan membicarakan masalah yang
terjadi, misalnya cara menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan tetap
tokonya. Pemilik took akan mengumpulkan semua karyawannya dan menanyakan
pendapat mereka. pemilik akan menampung semua gagasan mereka, lalu memilih
gagasan yang dianggap paling menarik dan disetujui oleh semua karyawannya.
Contoh kasus diatas, itu sesuai
dengan cirri pengambilan keputusan G-II yang dikemukakan oleh vroom & yetton.
Dan menurut saya, ciri G-II adalah yang paling layak digunakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
kepemimpinan dapat dirumuskan bahwa
kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan
dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan
tertentu (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,2009,125). Menurut Sindang
P.Siagian (2003)
kepemimpinan merupakan motor atau
daya penggerak dari semua sumber-sumber bagi suatu organisasi. Pembahasan
tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi
kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang.
Teori kontingensi melihat pada aspek
situasi dari kepemimpinan (organization context).
Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation Favorability.
DAFTAR PUSTAKA
havidzulloh.blogspot.com/2010/08/studi-kepemimpinan-michigan.html
http://inet.detik.com/read/2012/04/19/092110/1896016/398/bersih-bersih-yahoo-buang-50-produk
http://www.shvoong.com/business-management/human-resource-managementdouglas-theory-management/
http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/teori-path-goal-dalam-kepemimpinan/
http://www.envisionsoftware.com/Management/TheoryX
http://www.accel-team.com/human_relations/mcgregor
Vroom, VH dan Yetton, PW (1973). Kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
Pittsburg: University of Pittsburg
Munandar, Ashar Sunyoto . 2001 , Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta.
Universitas Indonesia
Edgar, H Schein. 1991, Psikologi Organisasi, Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo