BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat
lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil
dari ibu hamil yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi
buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga
dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan
masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia
saat ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah
karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN.
Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu
sekitar 459.200-900.000 bayi ( depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98%
dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah.
Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram.
Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17%
diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis
BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik
pada BBLR ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR
?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis
BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada
BBLR
5. Untuk mengetahui pemeriksaan
diagnostik pada BBLR
6. Untuk megetahui pentalaksanaan
pada BBLR
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang
dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda
klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi
pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan
diagnostik pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan
pada BBLR
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah ( BBLR
) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram ( berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
·
Klasifikasi BBLR
a.Berdasarkan BB lahir
1.BBLR : BB
< 2500gr
2.BBLSR : BB 1000-1500gr
3.BBLESR : BB <1000 gr
b.Berdasarkan umur kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2.Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term,
dan post term. Dismatur ini dapat
juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil
Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB-
KMK )
2.2 Etiologi
1) Faktor Ibu
-
Gizi saat hamil kurang
-
Umur < 20 tahun / lebih 35 tahun
-
Jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat.
-
Ibu pendek, tinggi badan < 145 cm
-
Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
dan narkotik.
2) Faktor
kehamilan
-
Kehamilan hidramnion
-
Hamil ganda
-
Perdarahan antepartum
-
Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
3) Faktor janin
-
Cacat bawaan
-
Infeksi dalam rahim
-
Gangguan metabolisme pada janin.
2.3 Tanda – tanda klinis
Ø Gambaran klinis BBLR secara
umum adalah :
- Berat kurang dari 2500 gram
-
Panjang kurang dari 45 cm
- Lingkar dada
kurang dari 30 cm
-
Lingkar kepala kurang dari 33
cm
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
- Kepala lebih besar
- Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
- Otot hipotonik lemah
- Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
- Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
- Kepala tidak mampu tegak
- Pernapasan 40 – 50
kali / menit
- Nadi 100 – 140 kali / menit
Ø Gambaran
klinis BBLR secara khusus adalah
a. Tanda-tanda Bayi Prematur
1.
BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33
cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2.
Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3.
Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4.
Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5.
Kepala mengarah ke satu sisi.
6.
Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
7.
Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8.
Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9.
Pergerakan kurang dan lemah.
10. Reflek
menghisap dan menelan belum sempurna.
11. Tangisnya lemah
dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12. Otot-otot masih
hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut
dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13. Genetalia belum
sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), dan
testis belum turun (pada laki laki).
b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1.
Preterm sama dengan bayi premature
2.
Term dan post term :
Ø
Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
Ø
Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
Ø
Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
Ø
Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
Ø
Tali pusat kuning kehijauan.
Ø
Mekonium kering.
Ø
Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
2.4
Komplikasi pada BBLR
1. Pada prematur yaitu :
Ø Sindrom gangguan pernapasan
idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir
akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
Ø Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena
infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
Ø Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan
diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya
terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini
biasanya ditemukan pada atopsi.
Ø Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih
sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal
ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek
menjadi bilirubium direk belum sempurna.
Ø Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena
pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif
besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang,
sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah,
sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan
panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)
(Manuaba, 1998 : 328
2. Pada bayi Dismatur
Pada
umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit
dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kata
lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan
dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak
dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada
akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
(Wiknjosastro H, 2007 Hal. 782).
a.
Aspirasi
mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress yang sering
dialami bayi pada persalinan.
b.
Usher
(1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang
mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c.
Hipoglikemia
terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia ini disebabkan
oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme bayi.
d.
Keadaan
lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif, hipotermia,
cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner dan lain-lain)
cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.
Adapun
komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :
a.
Suhu
tubuh yang tidak stabil
b.
Gangguan
pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR
c.
Gangguan
alat pencernaan dan problema nutrisi
d.
Ginjal
yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
e.
Perdarahan
mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
f.
Gangguan
immunologic. (Wiknjosastro H, 2007, Hal. 776)
2.5 Pemeriksaan
Diagnostik
- Pemeriksaan glucose darah terhadap
hipoglikemia
- Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
- Titer Torch sesuai indikasi
- Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
- Pemantauan elektrolit
- Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (
missal : foto thorax ).
2.6
Penatalaksanaan
1.Prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang
perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a.Pengaturan suhu badan bayi
prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas
oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka
suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak
ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
b.Makanan bayi prematur
Alat
pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan
yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
c.Menghindari infeksi
Bayi
prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
2. Dismaturitas
(KMK)
a.
Pengaturan
suhu bayi dismatur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada
dilingkungan yang dingin kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi
yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi dan dalam keadaan istirahat, konsumsi oksigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi setiap normal. Bila bayi dirawat didalam incubator,
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 - 2,5 kg adalah 340C. jika
ditempat pertolongan tidak ada incubator maka bayi di bungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi
b.
Pemberian
minum (Wiknjosastro H, 2007)
Pada bayi dismatur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang.
Prinsip pemberian minum ialah early feeding yaitu minum sesudah berumur 2jam
untuk mencegah penurunan berat badan, hipglikemia, dan
hiperbilirubinemia. Pemberian minum sesuai jumlah kebutuhan
c.
Perlindungan
terhadap infeksi (Wiknjosastro H, 2007, hal. 783)
1)
Pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine serta menemukan gangguan
pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2)
Memeriksa
kadar gula darah dengan dextrostik atau di laboratorium. Bila terbuka adanya
hipoglikemia harus segera diatasi.
3)
Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4)
Melakukan tracheal - washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
d.
Perawatan
bayi dengan metode kanguru
Dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi baru lahir kemudian, bayi
diletakkan diantara payudara ibu dan ditutup baju ibu yang berfungsi sebagai
kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk dan tengkurap
atau miring ketika ibu berbaring. (Perinasia, Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik, Depkes RI dan Health Service Program – USAID,
2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih
merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada
usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan
masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat
lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
3.2
Saran
1.
Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah
informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
BBLR.
3.
Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
·
Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric.
Jakarta :EGC
·
Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta
·
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis
keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar