Jumat, 14 Juni 2013

ARTIKEL STATISTIKA DESKRIPTIF

Statistika deskriptif



Contoh Statistika Deskriptif : Grafik pengunjung suatu website
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.
Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan dataukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.
Histogram
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang, gambar batang-batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-batangnya berimpit. Histogram dapat disajikan dari distribusi frekuensi tunggal maupun distribusi frekuensi bergolong. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.

Data banyaknya siswa kelas XI IPA yang tidak masuk sekolah dalam 8 hari berurutan
sebagai berikut.

Poligon Frekuensi

Apabila pada titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan batangbatangnya
dihapus, maka akan diperoleh poligon frekuensi. Berdasarkan contoh di atas
dapat dibuat poligon frekuensinya seperti gambar berikut ini.


contoh soal:
Hasil pengukuran berat badan terhadap 100 siswa SMP X digambarkan dalam distribusibergolong seperti di bawah ini. Sajikan data tersebut dalam histogram dan poligon frekuensi.
Penyelesaian : 
Histogram dan poligon frekuensi dari tabel di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Poligon Frekuensi Kumulatif

Dari distribusi frekuensi kumulatif dapat dibuat grafik garis yang disebut poligon frekuensi kumulatif. Jika poligon frekuensi kumulatif dihaluskan, diperoleh kurva yang disebut kurva ogive. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut ini.
Hasil tes ulangan Matematika terhadap 40 siswa kelas XI IPA digambarkan dalam tabel di samping.
a. Buatlah daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari.
b. Gambarlah ogive naik dan ogive turun.

b. Ogive naik dan ogive turun
Daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari dapat disajikan dalam bidang
Cartesius. Tepi atas (67,5; 70,5; …; 82,5) atau tepi bawah (64,5; 67,5; …; 79,5)
diletakkan pada sumbu X sedangkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi
kumulatif lebih dari diletakkan pada sumbu Y. Apabila titik-titik yang diperlukan
dihubungkan, maka terbentuk kurva yang disebut ogive. Ada dua macam ogive,
yaitu ogive naik dan ogive turun. Ogive naik apabila grafik disusun berdasarkan
distribusi frekuensi kumulatif kurang dari. Sedangkan ogive turun apabila berdasarkan
distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.
Ogive naik dan ogive turun data di atas adalah sebagai berikut.




1.1. PERANAN STATISTIKA
Dunia penelitian atau riset yang dilaksanakan melalui penelitian laboratorium atau penelitian lapangan di manapun dilakukan mendapat manfaat dengan menggunakan dan memecahkan masalah melalui statistika. Hal ini dilakukan para peneliti untuk mengetahui apakah hasil penelitian dengan suatu metode yang baru lebih baik jika dibandingkan dengan metode yang lama. Dalam pembuatan model dari suatu penelitian, untuk menyatakan bahwa model tersebut dapat dipakai atau tidak maka digunakan teori statistika. Bahkan statistika cukup mampu untuk menentukan apakah faktor yang satu dipengaruhi oleh faktor lainnya. Jika ada hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya, berapa kuat hubungan tersebut? apakah dapat faktor yang satu ditinggalkan dan faktor lainnya dipakai untuk studi lanjut?
Uraian singkat di atas menyatakan bahwa statistika sangat diperlukan bukan saja dalam bidang yang terbatas kepada dunia penelitian tetapi mencakup dunia ilmu pengetahuan. Mengingat hal tersebut di atas maka dalam penjelasan berikut diuraikan tentang metode statistika yang diharapkan dapat digunakan dalam berbagai bidang dan atau berbagai disiplin ilmu, bukan statistika teoritis, oleh sebab itu tidak diuraikan tentang penurunan rumus, pembuktian sesuatu sifat atau dalil-dalil.

1.2. STATISTIK DAN STATISTIKA
Statistik berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah “status” atau negara. Pada mulanya statistika berhubungan dengan fakta dan angka yang dikumpulkan oleh pemerintah untuk bermacam-macam tujuan. Statistik juga diturunkan dari kata bahasa Inggris yaitu state atau pemerintah.
Pengertian yang sangat sederhana tentang statistik adalah sebagai suatu kumpulan data yang berbentuk angka dan tersusun rapi dalam suatu tabel, grafik, gambar, dan lain-lain. Misalnya tabel mengenai keadaan pegawai di kantor-kantor, grafik perkembangan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian yang lebih luas mengenai statistik adalah merupakan kumpulan dari teknik mengumpulkan, analisis, dan interpretasi data dalam bentuk angka. Dan statistik juga merupakan bilangan yang menunjukkan sifat-sifat (karakteristik) data yang dikumpulkan tersebut.
Statistika dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mengumpulkan fakta/data, pengolahan data, kemudian menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan/keputusan.
Statistik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik Induktif (inferiens). Kedua macam statistik tersebut sebagai suatu metode yang mengandung kegiatan-kegiatan dari suatu proses untuk lebih mudah dipahami dan dapat digambarkan dengan bagan alir seperti pada Gambar 1.2.

Yang dimaksud dengan statistik deskriptif adalah usaha penjelasan arti secara fisis (bentuk) atau gambaran tentang karakteristik data agar dapat dengan mudah dipahami oleh pihak lain. Misalnya setelah dikumpulkan data, kemudian diolah dan dianalisis data tersebut sehingga dapat diambil kesimpulan yang akan ditunjukkan kepada yang membutuhkannya.
Sedangkan statistik induktif (inferens) adalah usaha pembuatan inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Misalnya seorang dokter ingin mengambil suatu kesimpulan tentang penyakit seseorang tentunya disamping pemeriksaan secara komunikasi efektif juga berdasarkan data yang diperoleh dari laboratorium dapat memperkirakan penyakit apa yang dialami oleh orang sakit tersebut. Jadi dari sini dapat diterangkan inferensi adalah merupakan kerja perkiraan, peramalan kemudian pengambilan keputusan dan sebagainya.

1.3. D A T A
Data dan statistik cukup banyak digunakan sebagai ilmu pengetahuan yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia sehari-sehari, baik di bidang eksakta maupun sosial. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa data dan statistik sangat erat hubungan antara keduanya.
Data adalah sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.
Selain dari pada itu data juga dapat diterangkan dengan dua arti yaitu; arti secara kuantitatif dan arti secara kualitatif, data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau nilai, contohnya, 6, 40, 100, 250 dan sebagainya, sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata, contohnya, baik, sedang, buruk, dan lain sebagainya.
Kedua data tersebut dapat dikonversikan antara satu dangan lainnya, misalnya dalam bentuk kuantitatif nilainya 80, maka nilai 80 apabila dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif (dalam bentuk kata-kata) adalah baik (nilai 80 = nilainya baik).

1.3.1. Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sensus dan sampling.
Sensus adalah pengumpulan data yang mencakup seluruh elemen atau seluruh anggota populasi yang diselidiki, di mana data populasi adalah merupakan sekumpulan informasi (elemen) atau angka yang menyeluruh pada suatu obyek. Misalnya data yang diperoleh melalui sensus penduduk, data yang diperoleh dari hasil penggerebekan di suatu tempat yang tidak menyenangkan, data ini juga dikatakan data populasi karena data tersebut adalah hasil pemeriksaan semua objek yang ada di tempat itu.
Sedangkan sampling (data sampel) merupakan data perkiraan atau data yang berasal dari sebahagian kecil data populasi (elemen populasi).
Perlu diketahui bahwa di dalam suatu penelitian jarang sekali mempergunakan data populasi melainkan data sampel. Kenapa? karena jika mengambil data populasi akan banyak memerlukan tenaga ahli, banyak membutuhkan biaya, dan butuh waktu yang lebih lama dan lain-lain.

1.3.2. Macam-Macam Data
Pengambilan data banyak sekali caranya, antara lain dapat mendatangi langsung ke obyek yang akan diteliti, ataupun melalui kuesioner yang diisi oleh obyek penelitian ataupun melalui bacaan-bacaan yang dikutip dari artikel- artikel yang tersedia di perpustakaan maupun di kantor-kantor sebagai laporan yang telah diarsipkan.
Jika data yang diperoleh atau yang akan digunakan untuk tujuan penelitian disebut data observasi, sedangkan data yang diperoleh dengan datang langsung ke obyek ataupun melalui kuesioner terhadap obyek peneliti disebut data primer dan data yang diperoleh dari bacaan-bacaan atau yang dikutip dari laporan-laporan yang sudah ada baik di perpustakaan maupun di kantor-kantor disebut data sekunder.

1.4. PERANAN STATISTIK
Statistik yang diartikan dalam bahasa Latin sebagai “status” atau negara, sangat berperan di dalam pengelolaan semua manajemen baik manajemen yang besar maupun yang sekecil-kecilnya, manajemen negara pada umumnya, ekonomi, pertanian, perindustrian, kesehatan, farmasi, sampai ke manajemen rumah tangga pun dengan tidak disadari telah memanfaatkan statistik dan lain sebagainya.
Peranan statatistik di dalam dunia penelitian dan riset baik penelitian di bidang sosial maupun sains, selalu menggunakan ilmu statistik, mulai dari persiapan penelitian, teknik pengambilan data, sampai ke pengolahan data agar informasi-informasi atau gambaran-gambaran mengenai karateristik data dapat dipahami dengan mudah oleh pihak lainnya.

Salah satu contoh pemanfaatan statistik di dalam pengelolaan negara, di waktu akan diadakan PEMILU oleh pemerintah, mulai membuat sensus penduduk yang akan digunakan sebagai data untuk mempersiapkan apa-apa yang akan diperlukan, baik bahan, tempat, waktu sampai keperkiraan biaya yang akan digunakan pada pelaksanaan pemilu tersebut.
Contoh yang lain di bidang farmasi misalnya, untuk membuat campuran obat-obatan harus terlebih dahulu membuat tabel mengenai takaran-takaran, jenis bahan yang diperlukan.
Di kantor-kantor khususnya di bagian personalia sering kita lihat tabel-tabel yang tergantung pada dinding mengenai nama pegawai, jumlah pegawai, jenis kelamin, golongan, masa kerja, alamat dan lain sebagainya, Ini juga merupakan statistik yang dinamakan dengan statistik kepegawaian. 


Kamis, 06 Juni 2013

MAKALAH KEJANG DEMAM

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN ( KEJANG DEMAM )

Posted by abdan fahreza

BAB  1

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki.
(ME. Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.
1.2        Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3        Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.1.1  Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan kejang demam.
1.3.1.2  Mampu menganalisa data yang diperoleh
1.3.1.3  Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam
1.3.1.4  Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang demam
1.3.1.5  Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
1.3.1.6  Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
1.4            Manfaat Penulisan
1.4.1        Bagi  penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak dengan menggunakan asuhan keperawatan.
1.4.2        Bagi institusi
1.4.2.1  Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada penanganan kasus keperawatan.
1.4.2.2  Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki pengetahuan yang memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.
1.4.3    Bagi klien
Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang perawatan anak dengan kejang demam.
1.4.4    Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada mesyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan kejang demam.

1.5       Metode Penulisan

1.5.1    Metode Penyusunan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.
1.5.2    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1.5.2.1 Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
1.5.2.2 Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1.5.2.3 Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium.
1.5.2.4 Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku yang terkait dengan kasus kejang demam.
1.5.2.5 Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan kejang demam.
1.5.3                Sumber Data
1.5.3.1 Data primer
            Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga
1.5.3.2 Data sekunder
            Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan, Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain yang terkait.
                  
BAB 2
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEJANG DEMAM
1.      Konsep Dasar Medis
1.1  Pengertian
1.1.2 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra cranial.
1.1.3   Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra cranial.
1.2    Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis, bronchitis.
1.3    Patofisiologi
       Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.

1.4     Klasifikasi
1.4.1        Kejang demam sederhana.
1.4.1.2  Umur 6 bulan sampai 4 tahun.
1.4.1.3   Lama kejang tidak lebih 15 menit.
1.4.1.4   Kejang bersifat umum.
1.4.1.5   Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
1.4.1.6   EEG normal 1 minggu setelah kejang.
1.4.1.7   Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali
1.4.2        Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.
Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.
1.5     Diagnosa Banding
1.5.1        Meningitis.
1.5.2        Enchepalitis.
1.5.3        Abses otak.
1.6     Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
1.6.1        Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
1.6.2        Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
1.6.3        Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.
1.7     Penatalaksanaan Medis
1.7.1    Memberantas kejang secepat mungkin.
Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % dosis sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.
1.7.2    Pengobatan penunjang.
1.7.2.1   Semua pakaian dibuka.
1.7.2.2   Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.
1.7.2.3   Usahakan jalan nafas bebas.
1.7.2.4   Penghisapan lendir teratur.
1.7.2.5   Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
1.7.3    Pengobatan rumat.
1.7.3.1  Pengobatan profilaksis intermiten.
1.7.3.2  Pengobatan intermiten jangka panjang.
1.7.4    Mencari dan mengobati penyebab.
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal, pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.
1.8         Penatalaksanaan Keperawatan
1.8.1         Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
1.8.1.1       Segera hentikan kejang
1.8.1.2        Mencari penyebab
1.8.1.3       Cegah kejang berulang
1.9         Tindakan keperawatan:
1.9.1        Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah dibungkus kasa.
1.9.2        Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.
1.10      Komplikasi
1.10.1             Lidah terluka/tergigit.
1.10.2             Apnea.
1.10.3             Depresi pusat pernafasan.
1.10.4             Retardasi mental.
1.10.5             Pneumonia aspirasi.
1.10.6             Status epileptikus.
1.10.7             Konsep Dasar Askep
2.1    Pengkajian
2.1.1   Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan  2 : 1 insiden tertinggi pada anak umur 2 ta hun.
2.1.2   Keluhan Utama
Kejang karena panas.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah demam.
2.1.4   Riwayat Penyaklit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
2.1.6   Activity Dayli Life
2.1.6.1 Nutrisi
aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping Dilantin.Klien akan mengeluh sensitif dengan makanan yang merangsang
2.1.6.2      Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 
2.1.7   Pemeriksaan fisik
2.1.7.1       TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
2.1.7.2       Kepala
(1) Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.
(2) Wajah : sentakan wajah.
(3) Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
2.1.7.3       Thorak
Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
2.1.7.4   Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
2.1.8   Pemeriksaan panunjang
2.1.8.1       Glukosa : hipoglikemia.
2.1.8.2        Ureum/kreatinin : meningkat.
2.1.8.3        Erytrosit : anemia aplastik.
2.1.8.4        Rontgen kepala.
2.1.8.5        Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.
2.1.8.6        EEG.
2.1.8.7        MRI.
2.1.8.8        CT Scan.
2.2     Diagnosa Keperawatan
2.2.1   Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, dehidrasi.
2.2.2   Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler obstruksi trancheobronchial.
2.2.3   Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan pengetahuan.
2.2.4   Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
2.2.5   Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.
2.3     Perencanaan
2.3.1   Diagnosa I
2.3.1.1        Tujuan : suhu tubuh normal.
2.3.1.2        Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.
2.3.1.3        Rencana tindakan :
(1)               Observasi TTV tiap 4 jam.
R /               Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan beratnya kejang.
(2)               Kompres dingin dan ajarkan keluarga cara mengompres.
R / Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.
(3)               Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.
R /  Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.
(4)               Anjurkan  klien untuk banyak minum.
R / Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan suhu tubuh dapat dicegah.
(5)               Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.
R / Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah infeksi.
2.3.2        Diagnosa II
2.3.2.1       Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
2.3.2.2       Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
2.3.2.3        Rencana tindakan :
(1)     Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang).
R /       Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.
(2)     Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.
R /          Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.
(3)     Suction bila perlu.
R /        Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.
(4)     Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R /       Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.
2.3.3        Diagnosa III
2.3.3.1       Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan kejang.
2.3.3.2       Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
2.3.3.3       Rencana tindakan :
(1)     Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.
R /     Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.
(2)     Diskusikan tentang efek samping obat.
R / Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan  program pengobatan lanjut.
(3)     Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai program medis.
R /    Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.
(4)     Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.
R /    Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.
(5)     Segera turunkan panas bila terjadi panas.
R /    Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 
2.3.4 Diagnosa IV
   2.3.4.1 Tujuan : Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya trauma
    2.3.4.2 Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri selama perawatan
Rencana tindakan
(1)     Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang
R/ Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian.
(2)     Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur
R/  Mencegah terjadinya injuri
(3)     Tinggallah bersama klien selama fase kejang
R/  meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma
2.3.5 Diagnosa V
2.3.5.1 Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui  faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
2.3.5.2 Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
Rencana tindakan :
(1)   Cegah terjadinya kejang berulang
R/  Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental.
(2)   Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis
- Diasepam / iv
- Fenobarbital / im
R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
  1. Simpulan
              Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak “A” didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
3.1  Pengkajian
Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
3.2  Analisa dan Sintesa Data
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya menemukan satu diagnosa dan dua masalah.
3.3  Diagnosa / Masalah Keperawatan
Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi, gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan informasi
3.4  Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.
3.5  Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
3.6  Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dapat berubah-ubah.

DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mansyur, Arif (2004), Kapita selekta anak Media Aesculapius FKUI
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : surabaya. 
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta. 

Tolong Sertakan Link Sumber Postingan Jika Ingin Copas Ke Blog Anda: http://abdanfahreza.blogspot.com